Senin, 28 Oktober 2013

Latihan Soal Konsep Kebidanan (2)

PETUNJUK MENGERJAKAN !
JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN TEPAT.


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk biopsikososiokultural ?
2. Jelaskan secara singkat sejarah pendidikan kebidanan di indonesia !
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen kebidanan ?
4. Jebutkan 7 (tujuh) langkah kebidanan menurut varney !
5. Apa yang dimaksud dengan paradigma kebidanan ?


Selamat Bekerja, Semoga anda sukses

Latihan Soal Konsep Kebidanan (1)

Petunjuk Mengerjakan !
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang paling benar.

1. Profesi bidan dan praktek kebidanan sudah ada sejak jaman.....
a. Meghalitikum
b. Purbakala
c. Paleolitikum
d. Raja firaun mesir
e. Mezolitikum

2. Siapa nama dokter militer belanda yang membuka pendidikan bagi wanita pribumi?
a. dr. W. Bosh
b. dr. Colombus
c. John Nedles
d. Dendles
e. Florence Nightingale

3. Pada tahun berapa bidan dibuka di makasar bagi wanita Indonesia?
a. 1809
b. 1902
c. 1991
d. 1992
e. 2000

4. Pada tahun berapa di Indonesia dibuka D3 Kebidanan dari latar belakang pendidikan SMA?
a. 1991
b. 1994
c. 1996
d. 2001
e. 2006

5. Berapa lama pendidikan masa pendidikan bidan dari latar belakang pendidikan SMA di Indonesia ?
a. 1 tahun
b. 2 tahun
c. 3 tahun
d. 4 tahun
e. 5 tahun

6. Pada tahun berapa dibuka D4 Kebidanan di Indonesia?
a. 1991
b. 1994
c. 1996
d. 2001
e. 2006

7. Pada tahun berapa dibuka S2 Kebidanan di Indonesia?
a. 1991
b. 1994
c. 1996
d. 2001
e. 2006

8. Pada tahun berapa sekolah bidan dari lulusan SMP diselenggarakan?
a. 1935-1938
b. 1905-1953
c. 1911-1912
d. 1954-1967
e. 1970-1974

9. Apakah kepanjangan dari KTB?
a. Kursus Tambahan Bidan
b. Kantor Tenaga Bidan
c. Kesehatan Tehnik Bidan
d. Kesehatan Tingkat Bidan
e. Ketentuan Tenaga Bidan

10. Dimanakah pendidikan bidan bagi wanita pribumi dibuka?
a. Surabaya
b. Semarang
c. Sulawesi
d. Palu
e. Batavia

11. Pada tahun berapa institusi pendidikan bidan ditutup?
a. 1995-1998
b. 1975-1984
c. 1981-1989
d. 1954-1960
e. 1970-1974

12. Sejak tahun berapakah BKIA menjadi pusat pelayanan kesehatan?
a. 1990
b. 1992
c. 1987
d. 1952
e. 1957

13. Tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) dikota?
a. Bandung
b. Jogjakarta
c. Semarang
d. Jakarta
e. Surabaya

14. Pada tahun 1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan, yaitu dikenal dengan program ....
a. Program Pendidikan Bidan A (PPB/A)
b. Program Pendidikan Perawat (PPP)
c. Penepatan bidang (PTT)
d. Penjenang Kesehatan
e. Program Pendidikan Bidan B (PPB/B)

15. Pada tahun berapakah kompetensi bidan Indonesia disahkan pada KONAS IBI ke XII di Denpasar Bali?
a. 1989
b. 1999
c. 1990
d. 1995
e. 1992

16. Dalam bahasa sansekerta bidan juga disebut.....
a. Bidhan
b. Wirdhan
c. Dukun beranak
d. Midwife
e. With women

17. Dalam bahasa Inggris bidan juga disebut.....
a. Bidhan
b. Wirdhan
c. Dukun beranak
d. Midwife
e. With women

18. Dalam bahasa kawi bidan juga disebut.....
a. Bidhan
b. Wirdhan
c. Dukun beranak
d. Midwife
e. With women

19. Kebidanan di Australia dipelopori oleh.......
a. dr. W. Bosh
b. dr. Colombus
c. John Nedles
d. Dendles
e. Florence Nightingale

20. Pendidikan Bidan di Australia diakui pada tahun........
a. 1862
b. 1962
c. 1864
d. 1874
e. 1964

21. Dibawah ini adalah seorang dokter yang mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya..........
a. George de lee
b. Joseph de lee
c. Frank de lee
d. Mark joseph
e. John de lee

22. Buku praktek kebidanan di Inggris diterbitkan pada tahun.........
a. 1900
b. 1901
c. 1902
d. 1903
e. 1904

23. Pada tahun 1940 dokter Grantly dick di Amerika Serikat meluncurkan buku tentang ....
a. Praktek kebidanan
b. Sectio Caesar
c. Menolong persalinan sungsang
d. Profesi kebidanan
e. Persalinan alamiah

24. Pada tahun berapakah pendidikan bidan atau keberadaan bidan diakui di negara denmark?
a. 1999
b. 2009
c. 1919
d. 1920
e. 1991

25. Pada tahun berapakah pendidikan bidan secara formal di negara Swiss?
a. XVI
b. XXI
c. XVII
d. XVIII
e. XV

26. Pada tahun berapa American College Of Nurse-Midwifery (ANCM) dibuka?
a. 1864
b. 1915
c. 1971
d. 1765
e. 1955

27. Wanita yang telah mengikuti pendidikan bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku disebut .........
a. Manusia
b. Bidan
c. Pelayanan Kebidanan
d. Lingkungan
e. Perilaku

28. Bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera disebut .....
a. Manusia
b. Bidan
c. Pelayanan Kebidanan
d. Lingkungan
e. Perilaku
29. Makhluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam – macam sesuai dengan tingkat perkembangannya disebut .........
a. Manusia
b. Bidan
c. Pelayanan Kebidanan
d. Lingkungan
e. Perilaku

30. Suatu keadaan yang disebabkan oleh gangguan fisik, fisiologis, psikologis dan sosial yang dapat mempengaruhi kebutuhan hidupnya sehingga kurang berfungsi secara tepat dan sempurna sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya disebut .....
a. Sehat
b. Kesehatan
c. Sakit
d. Kesakitan
e. Lingkungan

31. Lingkungan yang terdapat dalam paradigma asuhan kebidanan meliputi ......
a. Lingkungan fisik, lingkungan psikososial, lingkungan biologis dan lingkungan budaya.
b. Lingkungan masyarakat, keluarga, comuniti
c. Lingkungan masyarakat, lingkungan fisik, lingkungan biologis
d. Lingkungan keluarga, lingkungan budaya, lingkungan masyarakat
e. Lingkungan budaya, lingkungan kelompok, lingkungan masyarakat

32. Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis disebut .........
a. Sehat
b. Kesehatan
c. Sakit
d. Kesakitan
e. Lingkungan

33. Layanan yang dilakukan bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan dinamakan layanan ..........
a. Primer
b. Kolaborasi
c. Rujukan
d. Rekomendasi
e. Mandiri

34. Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya dinamakan layanan ..........
a. Primer
b. Kolaborasi
c. Rujukan
d. Rekomendasi
e. Mandiri

35. Layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab bidan dinamakan layanan ........
a. Primer
b. Kolaborasi
c. Rujukan
d. Rekomendasi
e. Mandiri

36. Dibawah ini merupakan salah satu dari prinsip asuhan kebidanan adalah .....
a. Orientasi asuhan pada klien
b. Pelayanan kebidanan
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
d. Pelayanan primer
e. Manajemen asuhan

37. Seluruh tugas yang menjadi tanggungjawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak merupakan pengertian dari...........
a. Tanggungjawab bidan
b. Kewajiban bidan
c. Profesi Bidan
d. Pelayanan kebidanan
e. Praktek Bidan

38. Menjaga kerahasiaan (privacy) klien merupakan …….
a. Manajemen kebidanan
b. Asuhan kebidanan
c. Prinsip Asuhan kebidanan
d. Praktik Kebidanan
e. Pelayanan kebidanan

39. Sasaran pelayanan kebidanan meliputi .........
a. Individu, keluarga, anak
b. Ibu, anak, keluarga
c. Individu, keluarga, masyarakat
d. Anak, ibu, masyarakat
e. Individu, ibu, masyarakat, ibu dan anak

40. Berikut ini peran bidan sebagai pengelola fasilitas pelayanan adalah..........
a. Evaluasi program
b. Membuat program pelayanan
c. Memimpin rapat
d. Melakukan supervisi
e. Membuat laporan supervisi

41. Berikut ini merupakan tugas bidan sebagai peneliti adalah ..........
a. Memajukan ilmu pengetahuan
b. Memproses masalah
c. Menyusun rencana
d. Mengumpulkan data penelitian
e. Menilai praktik klinik

42. Seorang bidan harus mempunyai prinsip penelitian, yaitu..........
a. Sukarela
b. Informed consent
c. Bermanfaat bagi umat manusia
d. Kerahasiaan
e. Privacy

43. Berikut ini merupakan peran bidan sebagai pendidik adalah ..........
a. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan
b. Memproses masalah
c. Menyusun rencana
d. Mengumpulkan data penelitian
e. Melakukan supervisi

44. Berikut ini yang bukan merupakan ruang lingkup bidan sebagai pelaksanan adalah ..........
a. Polindes
b. Posyandu
c. Puskesmas
d. Rumah bersalin
e. Identifikasi resiko tinggi

45. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan merupakan .......
a. Tugas rujukan
b. Tugas kolaborasi
c. Tugas mandiri
d. Peran sebagai pengelola
e. Peran sebagai peneliti

46. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa hamil, bersalin dengan penyulit, nifas, BBL dan balita dengan kelainan, resiko tinggi dan kegawatdaruratan merupakan .....
a. Tugas rujukan
b. Tugas kolaborasi
c. Tugas mandiri
d. Peran sebagai pengelola
e. Peran sebagai peneliti

47. Memberikan asuhan kebidanan pd ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan balita, dengan resiko tinggi (risti) dan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi merupakan .........
a. Tugas rujukan
b. Tugas kolaborasi
c. Tugas mandiri
d. Peran sebagai pengelola
e. Peran sebagai peneliti

48. Dibawah ini yang termasuk bidan sebagai penyelia adalah ....
a. Menyusun program supervisi
b. Membuat program pelayanan
c. Mengelola alat
d. Pengelolaan fasilitas pelayanan
e. Memimpin rapat dan informasi program

49. Dibawah ini merupakan bagian dari bidan sebagai pengelola fasilitas pelayanan adalah ........
a. Mengelola SDM
b. Mengelola alat
c. Membuat program pelayanan
d. Mengelola pelayanan
e. Membuat program

50. Dibawah ini yang bukan merupakan syarat-syarat dalam melakukan penelitian adalah .........
a. Sukarela
b. Informed consent
c. Kerahasiaan
d. Privacy
e. Marah-marah

51. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui .......
a. Membimbing dukun bayi
b. Pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan dalam kelompok profesi
c. Kader dan petugas kesehatan lain
d. Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi
e. Melaksanakan penilaian pelayanan

52. Berikut ini merupakan peningkatan peran serta masyarakat dalam kebidanan adalah ......
a. Membina posyandu, dasa wisma, kader, dukun
b. Pelayanan KB
c. Kie
d. Poliklinik
e. Kamar bersalin

53. Seperangkat konsep/pernyataan yang secara jelas menguraikan fenomena penting dalam disiplin ilmu adalah ........
a. Peraga
b. Model
c. Teori
d. Konsep
e. Konsepsi

54. Siapakah yang mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal?
a. Teori Reva Rubin
b. Ramona Mercer
c. Ernestine Widenbach
d. Ela Joy Lerhman
e. Jean Ball

55. The agent, the recipient, the goal, the mean dan the framework merupakan .........
a. Teori Reva Rubin
b. Ramona Mercer
c. Ernestine Widenbach
d. Ela Joy Lerhman
e. Jean Ball

56. “ Teori kursi goyang - keseimbangan emosional ibu”.
a. Teori Reva Rubin
b. Ramona Mercer
c. Ernestine Widenbach
d. Ela Joy Lerhman
e. Jean Ball

57. Pencapaian peran ibu merupakan..........
a. Teori Reva Rubin
b. Ramona Mercer
c. Ernestine Widenbach
d. Ela Joy Lerhman
e. Jean Ball

58. Siapakah yang menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik dalam memberikan asuhan pada wanita hamil dan pertolongan pada persalinan?
a. Teori Reva Rubin
b. Ramona Mercer
c. Ernestine Widenbach
d. Ela Joy Lerhman
e. Jean Ball

59. Berikut ini merupakan tahapan sosial dimana seorang ibu mampu latihan peran dengan anak orang lain adalah ...........
a. Disangegament
b. Plateu
c. Antisipatori
d. Honeymoon
e. Bukan salah satu diatas

60. Berikut ini merupakan tahapan sosial dimana seorang ibu mampu melakukan latihan peran dihentikan karena peran sebagai orang tua belum jelas ( misal karena bayi belum lahir) adalah .............
a. Disangegament
b. Plateu
c. Antisipatori
d. Honeymoon
e. Bukan salah satu diatas

61. Berikut ini merupakan tahapan sosial dimana seorang ibu mampu mencoba berperan sepenuhnya adalah ..........
a. Disangegament
b. Plateu
c. Antisipatori
d. Honeymoon
e. Bukan salah satu diatas

62. Berikut ini merupakan tahapan sosial dimana seorang ibu mampu me mulai memahami peran, perlu dukungan keluarga adalah ...........
a. Disangegament
b. Plateu
c. Antisipatori
d. Honeymoon
e. Bukan salah satu diatas

63. Terjadi 1-2 hari postpartum: pasif, takut dan khawatir akan tubuhnya, akan mengulang-ulang pengalaman saat melahirkan merupakan ........
a. Periode taking in
b. Periode taking on
c. Periode taking hold
d. Periode letting go
e. Depresi post partum

64. Saat 2-3 hari post partum, perhatian pada tugasnya dan merasa mampu berperan sebagai ibu merupakan ……
a. Periode taking in
b. Periode taking on
c. Periode taking hold
d. Periode letting go
e. Depresi post partum

65. Ibu akan bertanggungjawab terhadap perawatan diri dan bayi merupakan ........
a. Periode taking in
b. Periode taking on
c. Periode taking hold
d. Periode letting go
e. Depresi post partum

66. Biasa terjadi setelah pulang ke rumah, apabila tidak mandiri/siap maka bisa terjadi .....
a. Periode taking in
b. Periode taking on
c. Periode taking hold
d. Periode letting go
e. Depresi post partum

67. 1. Menentukan diagnosa
2. Pelaksanaan
3. Pengkajian
4. Evaluasi
5. Perencanaan
6. Tindakan segera
7. Antisipasi masalah
Langkah dalam asuhan kebidanan apabila diurutkan adalah
a. 3-1-5-2-6-7-4
b. 1-2-3-4-5-6-7
c. 2-3-4-5-6-7-1
d. 3-4-5-6-7-2-1
e. 4-5-6-7-3-2-1

68. Dibawah ini yang bukan merupakan lingkup kegiatan dokumentasi 7 (tujuh) langkah varney adalah..........
a. Pengkajian
b. Intepretasi data
c. Assesment
d. Pelaksanaan
e. Diagnosa potensial


69. Proses penatalaksanaan kebidanan menurut helen varney terdiri dari berapa langkah ?
a. 7
b. 6
c. 5
d. 4
f. 3

70. Managemen kebidanan menurut helen varney adalah………………..
a. Proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan
b. Merupakan alur piker bidan dalam melakukan asuhan
c. Metode yang memerlukan pemikiran dan tindakan yang menguntungkan bagi klien
d. Proses pemecahan masalah yg digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,ketrampilan dalam rangkaian yang logis untuk pengambilan keputusanyang berfokus pada klien.
e. Bukan salah satu diatas


Selamat Bekerja, Semoga anda sukses

Kamis, 24 Oktober 2013

Teori Model Kebidanan

Pendahuluan: 

Model dalam teori kebidanan indonesia mengadopsi dari beberapa model negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada disamping dari teori & model yang bersumber dari masyarakat.
Model asuhan kebidanan didasarkan pada kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan episode yang normal dalam siklus kehidupan wanita.

Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam pelaksanaan askeb. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian & kejadian seksio sesaria pada persalinan.


A. Pengertian

Konsep :Penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang dapat diuji melalui observasi atau penelitian.

Model : Contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.

Kebidanan : Merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu buaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada Ibu dalam masa
prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, Ibu bersalin, post partum, bayi dan baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada Ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan terhadap individu, keluarga dan masyarakat

Model Kebidanan : Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

Konseptual Model :

1. Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu.

2. Pada dasarnya sama dengan pengertian konsep kerangka kerja, sistem dan skema. Menunjukan pada ide global tentang individu, kelompok, situasi, dan kejadian yang menarik untuk suatu ilmu. Konseptual model biasanya berkembang dari wawasan intuitif, keilmuan dan seringkali disimpulkan dalam kerangka acuan disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett, 1992) sehingga konseptual model memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari suatu disiplin ilmu.

3. Model member! kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktek untuk membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang harus di jawab dalam penelitian. Konsep model ditunjukan dengan banyak cara yaitu mental model, fisikal model dan simbolik (Lancaster and Lavcaster, 1992).


B. Konseptual Model Kebidanan

Dalam memberikan akan suatu gambaran tentang pelayanan dalam praktek kebidanan dan memberi jawaban - jawaban atas pertanyaan, apa yang merupakan praktek kebidanan.

Model dalam Kebidanan berdasarkan pada 4 elemen :
  1. Orang (wanita, ibu, pasangan, dan orang lain)
  2. Kesehatan
  3. Lingkungan
  4. Kebidanan

C. Kegunaan Model

1. Untuk menggambarkan beberapa aspek (kongkrit maupun abstrak) dengan mengartikan persamaannya seperti struktur, gambar, diagram, dan rumus. Model tidak seperti teori, tidak memfokuskan pada hubungan antara dua fenomena tapi lebih mengarah pada struktur dan fungsi. Sebuah model pada dasarnya anologi atau gambar simbolik sebuah ide (Wilson, 1985)

2. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan bantuan ilmu-ilmu sosial dalam mengkonsep dan menyamakan aspek-aspek dalam proses sosial (Gait dan Smith, 1976)

3. Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktek (Bemer. 1984)

Model Kebidanan dapat digunakan untuk :

1 . Menyatukan data secara lengkap
  • Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan.
  • Dalam pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar.
  • Untuk komunikasi bidan dengan klien.

2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yg dikerjakan, keinginan, & Kebutuhan untuk :
  • Mengembangkan profesi
  • Mendidik siswi bidan
  • Komunikasi dgn Klien dan pimpinan.


D. Komponen dan macam Model Kebidaaan

Model kebidanan dibagi menjadi 5 komponen , yaitu :
  1. Memonitor kesejahteraan ibu
  2. Mempersiapkan ibu dgn memberikan pendidikan & konseling
  3. Intervensi teknologi seminimal mungkin.
  4. Mengidentifikasi dan member! bantuan obstetric
  5. Lakukan rujukan

Beberapa Macam Model Kebidanan

1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan.

Model ini memiliki 4 unit yang penting, yaitu :
  1. Ibu dalam keluarga
  2. Konsep kebutuhan
  3. Partnership
  4. Faktor Kedokteran dan keterbukaan

2. Model medical

Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan. Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan sehingga dipertanyakan dalam model ini adalah "Dapatkah dengan mudah dipahami dan dapatkah dipakai dalam praktek?".

3. Model sehat untuk semua (Health For All-HFA)

Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklarasi Alma Atta tahun 1978. Fokus pelayanan ditujukan pada wanita, keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan negara lain. Tema HFA menurut Euis dan Simmet (1992) :
  1. Mengurangi ketidasamaan kesehatan
  2. Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif
  3. Partispasi masyarakat
  4. Kerjasama yang baik pemerintah dengan sector lain yang terkait
  5. Primary Health Care (PHC) a/ dasar pelayanan utama dari sistem pelayanan kesehatan.

PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktek, ilmu pengetahuan yang logis dan metode sosial yang tepat serta teknologi universal yang dapat diperoleh oleh individu dan keluarga dalam komunitas melalui partisipasi dan merupakan suatu value dalam masyarakat dan negara yang mampu menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan dan ketentuannya.

Dari model HFA dan deftnisi PHC terdapat lima konsep (WHO, 1998) :
  1. Hak penentuan kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia asuhan berdasarkan kebutuhan.
  2. Pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dimana pelayanan dapat memenuhi segala macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan dalam satu kesatuan (semua pelayanan dalam satu tempat).
  3. Pelayanan harus efektif, dapat diterima oleh norma, dapat menghasilkan dan diatur, yaitu pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima oleh masyarakat dan pelayanan harus dimonitor dan diatur secara efektif.
  4. Komunitas harus terlibat dalam pengembangan, penentuan pemonitoran pelayanan, yaitu penentuan asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komunitas dan kesehatan dipandang sebagai faktor yang berperan untuk pengembangan seluruh lapisan masyarakat.
  5. Kolaborasi antar sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan tidak dapat bergantung pada pelayanan kesehatan saja tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : perumahan, polusi lingkungan, persediaan rnakanan dan metode pubikasi.
Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan area ini adalah :
  1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum & metode pencegahan dan pengontrolannya
  2. Promosi kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak
  3. Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat
  4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
  5. Imunisasi
  6. Pencegahan dan pengawasan penyakit endemic
  7. Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum
  8. Persediaan obat-obat essensial (morley at all, 1989)

4. Model sistem maternitas di komunitas yang ideal University of Southeer Queensland
  • Model kurikulum konseptual patnership dalam praktek kebidanan berdasarkan pada model pelayanan kesehatan dasar. ( Guiilliland dan pairman, 1995 )
  • Patnership kebidanan adalah sebuah flllosofi prospektif dan suatu model kepedulian ( model of care ) sebagai model flllosofi prospektif berpendapat bahwa wanita dan bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses persalinan.
  • Persalinan merupakan proses yang sangat normal
  • Sebuah hubungan patnership menggambarkan dua orang yang bekerjasama dan saling menguntungkan
  • Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan membantu wanita untuk mengambil keputusan sendiri
  • Konsep " wanita" dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan tersebut, keluarga, kelompok dan budaya.
  • Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau keluarga, budaya/sub kultur bidan tersebut dan " wewenang profesional bidan
  • Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka sendiri sebagai manusia kedalam suatu hubungan patnership yang mana akan mereka gunakan dalam teurapetik. Bidan harus mempunyai self knowing, self nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang mendukung.
  • Sebagai model of care the midwifery patnership didasarkan pada prinsip midwifery care berikut ini :
  1. Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa. fisik, dan lingkungan kultur sosial ( holism)
  2. Berasumsi bahvva mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat di tolong tanpa adanya intervensi.
  3. Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut.
  4. Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan sen! dan ilmu pengetahuan.
  5. Relationship-based dan dan kesinambungan dalam motherhood,
  6. Woman centered dan bertukar pikiran antara wanita
  7. Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab bersama untuk suatu pengambilan suatu keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atas keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan bayinya
  8. Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup prakterk individu : dengan persetujuan wanita bidan merujuk fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus didasari oleh rasa saling menghormati dan saling percaya, bidan boleh mempertanyakan masalah medis atau perlindungan hukum untuk wanita untuk alasan apapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya sendiri.

Persepsi mahasiswa kebidanan di tentukan oleh bidan di bagian pelayanan untuk mengantisipasi siswa dalam menghadapi kasus yang di temukan di dalam tim, tetapi praktek siswa akan dibatasi oleh bidan dan akan mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidanan yang akan mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidanan yang akan meningkatkan kemamapuan dan ketrampilan siswa, peran perseptor akan semakin berkurang dalam praktek dan hanya akan menjadi penasehat dan pendukung

5. Model Asuhan Home Based

Dasar asuhan kebidanan berdasarkan home based merupakan unsure therapeutic yang terdiri dari sebuah kesadaran dan menjaga hubungan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan dibentuk untuk memfasilitasi asuhan yang berkualitas. Tanggungjawab dan kejujuran merupakan hal yang harus dibangun dalam hubungan antara bidan dank lien. Proses persalinan dirumah (Home Birth) sejak lama telah menggunakan konsep "early discharge" sebagai bagian dari Home Based Midfwifery Care.

Asuhan kebidanan secara tradisional telah memiliki asuhan yang berpusat pada wanita.kontinuitas dari asuhan kebidanan dapat membentuk waktu yang efektif dalam pemantauan selama kunjungan prenatal sehingga dapat terjalin hubungan therapeutic secara personal antara bidan dan keluarganya.

Asuhan yang berkelanjutan (continuity of care) dapat membuat bidan dan keluarga belajar satu sama lain untuk menentukan rencana dan memberikan asuhan yang baik sesuai dengan kebutuhan, khusunya untuk klien. Dengan proses ini akan terbuka komunikasi dan membangun komitmen dari bidan dan keluarga dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan bersama. Partisipasi secara alami dalam home based midwifery care dapat memberikan kewsempatan pada calon orangtua untuk mempelajari cara-cara mengasuh bayinya. Keterampilan ini komponen yang penting dalam pendidikan prenatal karena bidan tidak selalu mendampingi ibu.

Hubungan therapeutic dan dukungan secara "team" yang ditetapkan dalam home based midwifery care telah digunakan bertahun-tahun lalu. Dengan pendekatan ini diharapkan klien bisa mandiri secara dini. Hal ini yang telah menunjukan hasil yang baik, dimana resiko yang terjadi pada ibu bisa segera diketahui. Kernandirian dari klien atau komponen integral dari home based midwifery care dan dapat ditetapkan sebagi sebuah model pada wanita yang memilih melahirkan di rumahsakit.


E. Teori Model Kebidanan

Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas menguraikan fenomena yang penting dalam sebuah disiplin teori yg termasuk dalam teori model kebidanan adalah :

1. Ruper, Logan dan Tierney Activity of living Model :
Model yang dipengaruhi oleh Virginia Henderson Model. Terdiri dari 5 elemen :
  1. Rentang Kehidupan
  2. Aktivitas Kehidupan
  3. Ketergantungan atau kebebasan individu
  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu
Dalam model ini diidentifikasi adanya 12 macam kebutuhan manusia sebagai proses kehidupan yaitu:
  1. Mempertahankan lingkungan yang aman
  2. Komunikasi
  3. Bernafas
  4. Makanan dan minuman
  5. Eliminasi
  6. Berpakaian dan kebersihan diri
  7. Pengaturan suhu tubuh
  8. Mobilisasi \. Bekerja dan bermain
  9. Seksualitas
  10. Tidur

2. Rosemary Methven

Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap asuhan kebidanan, dimana dalam sistem perawatan ada 5 metode pemberian bantuan yaitu :
  1. Mengerjakan untuk klien
  2. Membimbing klien
  3. Mendukung klien ( secara fisik dan psikologis )
  4. Menyediakan lingkunagan yang mendukung kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masa akan datang.
  5. Mengajarkan klien
Peran bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan sesuatu untuk membantu klien untuk memenuhi kebutuhannya. Manfaat dari model ini menurut Methuen adalah sebagai bukti praktek pengkajian kebidanan yang tidak didasarkan pada kerangka kerja dari tradisi manapun. Sebagai dasarnya adalah kesehatan bukan kesakitan sehingga asuhan yang di berikan efektif bagi ibu dan memberikan kebebasan pada bidan untuk melakukan asuhan.

3. Roy Adaption Model

Pencetusnya adalah suster Callista Roy (1960), sebagai dasarnya makhluk biopsikososial yang berhubungan dengan lingkungan. Dikemukakan tiga macam stimulasi yang mempengaruhi adaptasi kesehatan dari individu, yaitu : .
1. Vokal stimuli.Yaitu stimuli dari lingkungan di dekat individu, contohnya : kesehatan bay! akan mempengaruhi ibu yang baru saja melakukan fungsinya.
2. Kontekstual stimuli Yaitu factor-faktor umum yang mempenagaruhi wanita. Contohnya : Kondisi kehidupan yang buruk
3. Residual stimuli Yaitu faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman, dan sikap. Model kebidanan ini berguna bagi bidan dalam melakukan pengkajian secara menyeluruh (holistik)

4. Neuman System Model
Yaitu model yang merupakan a'.val dari kesehatan individu dan komunitas (sistem klien) yang di gambarkan sebagai pusat energi yang di kelilingi oleh garis kekuatan dan pertahanan.
  1. Pusatnya adalah variable fisiologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual
  2. Garis kekuatan adalah kemampuan sistem klien untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
  3. Garis pertahanan menunjukan status kesehatan umurn dari individu


F. Teori -Teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan

1. Teori Reva Rubin
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikososial dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan- harapan, antara lain :
  1. Kesejahteraan ibu dan bayinya
  2. Penerimaan dari masyarakat
  3. Penentuan identitas diri
  4. Mengerti tentang arti memberi dan menerima
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah
  1. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan janinnya.
  2. Ibu memerlukan sosialisasi

Tahap-tahap psikososial yg biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai perannya:
1. Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain
2. Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
3. Plateu Stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
4. Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah berakhir
Aspek-aspek yang diidentiflkasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan dan perubahan spesifik yang terjadi selama kehamilan dan setelah persalinan
 Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu
1. Taking On (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.
2. Taking In
Seorang wanita sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan. Introjection, projection, dan rejection merupakan tahap dimana wanita membedakan model - model yang sesuai dengan keinginannya.
3. Letting Go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya. Pada tahapan ini seorang Wanita akan mulai meninggalkan perannya di masa lalu.
Adaptasi psikososial pada waktu post partum :
Keberhasilan masa transisisi menjadi orang tua pada masa post partum dipengaruhi oleh :

  1. Respon dan dukungan dari keluarga
  2. Hubungan antara pengalaman saat melahirkan dengan harapan - harapan
  3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
  4. Budaya
Rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi 3 yaitu :
a. Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
  1. Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
  2. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya.
  3. Ibu akan mengulangi pengalaman - pengalaman waktu melahirkan
  4. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal
  5. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal
b. Periode Taking Hold (Hari ke 2 - 4 setelah melahirkan)
  1. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggungjawab akan bayinya
  2. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB, dan daya tubuh
  3. Ibu berusaha untuk menguasai- ketrampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
  4. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
  5. Kemungkinan ibu mengalami depresi post partum karena merasa tidak mapu membesarkan bayinya.
c. Periode Letting Go
  1. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga
  2. Ibu sudah mengambil tanggungjawab dalam merawat bay! dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial.


2. Teori Ramona Mercer
Teori ini lebih menekankan pada stess ante partum dalam pencapaian peran ibu. Mercer membagi teorinya menjadi 2 pokok bahasan :
a. Efek stress ante partum
Stress Ante partum adalah komplikasi dari resiko kahamilan dan pengalaman negatif dalam negatif dalam hidup seorang wanita. Tujuan asuhan yang di berikan adalah memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan diri ibu. Penelitian Mercer menunjukan ada 6 faktor yang berhubungan denagn status kesehatan ibu, yaitu :
  1. Hubungan interpersonal
  2. Peran keluarga
  3. Stress antepartum
  4. Dukungan sosial
  5. Rasa percaya diri
  6. Penguasaan rasa takut, ragu, dan depresi
Maternal role menurut Mercer adalah bagaimana seorang ibu memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap tentang dirinya sendiri.
b. Pencapaian peran ibu
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Lebih lanjut Mercer menyebutkan tentang stress antepartum terhadap fungsi keluarga baik yang positif maupun negatif. Stess antepartum karena resiko kehamilan akan mempengaruhi persepsi diri terhadap status kesehatan.
Empat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu menurut Mercer :
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu , dimana wanita mulai melakukan penyesuaian sosial dan psikologi dengan mempelajari segala sesuatu yg dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan sesuai dengan kondisi sistem sosial
c. Informal
Dimana wanita sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya.
d. Personal
Merupakan tahap terakhir, dimana wanita sudah mahir melakukan perannya sebagai ibu
Sebagai perbandingan, Rubin menyebutkan peran ibu sudah dimulai sejak ibu mulai hamil sampai 6 bualn setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi lahir (3-7 bulan setelah melahirkan). Wanita dalam mencapai peran ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Faktor ibu :
1) Umur ibu pada waktu melahirkan
2) Persepsi ibu pada waktu melahirkan pertama kali
3) Stress sosial
4) Memisahkan ibu dengan anak secepatnya
5) Dukungan sosial.
6) Konsep diri
7) Si fat pribadi
8) Sikap terhadap membesarkan anak.
9) Status kesehatan ibu.
b. Faktor bayi
1) Temperamen
2) Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
1) Latar belakang etnik
2) Status perkawinan
3) Status ekonomi
Dari faktor sosial support, Mercer mengidentifikasikan adanya 4 faktor pendukung :
a. Emotional support, yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b. Informational support, yaitu memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri.

c. Physical support, misalnya dengan membantu merawat bayi dan memberikan tambahan dana.

d. Appraisal support, ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dalam pencapaian peran ibu.
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor - faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian peran.

Peran bidan diharapkan oleh Mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dalam adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ini dan kotribusi dari stress antepartum.

Stres dari pengalaman hidup yang buruk dan kehamilan berisiko membawa akibat negatif secara langsung pada penghargaan diri dan status kesehatannya : penghargaan diri, status kesehatan, dan dukungan sosial membawa akibat positif secara langsung pada penguasaan perasaan dan kemampuan orangtua ; penguasaan membawa perasaan akibat negatif secara langsung pada kegelisahan dan kehilangan dimana akhirnya juga membawa akibat negatif secara langsung pada fungsi keluarga.

3. Teori Ernestine Wiedenbach
a. The Agents : Midwife
Fillosofi yang di kemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
b. The Recipient
Meliputi : wanita, keluarga dan masyarakat. Recipient menurut Wiedenbach adalah individu yang mampu menentukan kebutuhannya akan bantuan.

c. The Goal / Purpose

Disesuaikan denagn kebutuhan masing - masing individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional, atau fisiologikal.

d. The Means
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada 4 tahapan :
1. Identifikasi kebutuhan klien (Identification), memerlukan keterampilan dan ide
2. Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang dibutuhkan (Ministrasion)
3. Memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan (validation)
4. Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan (Coordination)
e. The Framework meliputi lingkungan social, Organisasi & profesi.

 4. Teori Ela Joy Lerliman dan Morten

Teori ini mengharapkan bidan dapat melihat semua aspek dalam memberikan asuhan dalam ibu hamil dan bersalin. Lerhman dan morten mengemukakan 8 konsep penting dalam pelayanan antenatal :
a. Asuhan Kebidanan yang berkesinambungan
b. Keluarga sebagai pusat asuhan kebidanan.
c. Pendidikan dan konseling merupakan sebagian dari asuhan
d. Tidak ada intervensi dalam asuhan kebidanan.
e. Keterlibatan dalam asuhan kebidanan
f. Advokasi dari pelayanan kebidanan.
g. Waktu
Morten ( 1991 ) mendambakan 3 macam dalam teori Lerhman "
a. Tehknik teurapetik
Proses komunikasi sangat bermantaat dlm proses perkembangan & penyembuhan, misalnya :
* Mendengar aktif
* Mengkaji
* Klarifikasi
* Humor
* Sikap yang tidak menuduh
* Pengakuan.
* Fasilitasi
* Pemberian izin

b. Pemberdayaan (Enpowerment)

Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengkoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.

c. Hubungan dengan sesama ( Lateral Relationship )

Menjalin hubungan yang baik dengan klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien, sehingga bidan dan kliennya nampak akrab. Misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman

5. Teori Jean Ball
Menurut Jean Ball respon terhadap perubahan setelah melahirkan akan mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan mereka akan mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persiapan yang sudah dilakukan bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi respon emotional wanita terhadap perubahan akibat proses kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita setelah melahirkan sangat tergantung pada personality atau kepribadian, sistem dukungan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas.

Ball mengemukakan teori kursi goyang yang di bentuk 3 elemen

1. Pelayanan maternitas.

2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga.

3. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian vvanita


G. Model Kebidanan Di Beberapa Negara

1. United Kingdom
  1. Bidan Inggris menuntut adanya pelayanan mandiri dan menolak medical modal karena dianggap tidak cocok dengan praktek kebidanan
  2. Mereka lebih banyak menggunakan Orem Self Care Model
  3. Keuntungan bagi wanita adalah menernpatkan kebutuhan wanita sebagai prioritas utama, wanita berhak memilih asuhan yang diinginkan dan rencana kelahiranya
  4. Keuntungan bagi bidan adalah memudahkan bidan dalam memberikan asuhan yang berkesinambungan dan menerapkan women center care, memudahkan dalam melakukan asuhan mandiri dan komprehensif pada ibu, bayi dan keluarga .

2. Australia
a) Menggunakan modal partnership kebidanan dimana wanita sebagai partner bidan dalam berbagai pengalaman tentang proses melahirkan dan melahirkan adalah proses yang normal dalam kebidanan.

b) Prinsip - prinsip yang mendasari partnership dalam kebidanan adalah:
  • Mengetahui dan mendukung kesatuan antara tubuh, pikiran, jiwa, lingkungan fisik dan social budaya (suatu yang holistic)
  • Sebagian besar wanita dapat melahirkan bayi tanpa intervensi.
  • Mendukung proses alamiah dalam tubuh .
  • Pelayanan kebidanan adalah seni dan ilmu, pendekatan pemecahan masalah di gunakan bila diperlukan .
  • Pelayanan kebidanan berpusat pada wanita.
  • Berhubungan dengan proses pencapaian peran ibu.
  • Memberdayakan wanita dalam pengambilan keputusan.
  • Pelayanan kebidanan dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek. Individu yang mengacu pada wanita dan petugas kesehatan lain jika di butuhkan.
3. New Zealand
Menggunakan model patnership bidan dengan ibu. Adapun fillosofi yang mendasari:
  • Kehamilan dan persalinan adalah proses kehidupan yang normal
  • Tugas kebidanan secara profesional adalah pendamping ibu dalam kehamilan, persalinan dan periode post natal normal.
  • Kebidanan memberikan pelayanan kepada wanita secara berkesinambungan
  • Kebidanan berpusat pada wanita

Referensi :

1. AA. Gde Muninjay, (1997), Manajemen Kesehatan, EGC Kedokteran, Jakarta

2. Burbst, A.August, dkk, Editor Sanur Ahmad, (2000), Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan, yayasan Essentia Medica, Yogyakarta

3. Deokes RI, (2003), Konsep Asuhan Kebidanan, Tridasi Printer, Jakarta

4. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, (2003), Manajemen Kebidanan Metode SOAP, Jakarta.

5. Pengurus Pusat IBI, (2003), 50 tahun IBI Menyongsong Masa Depan, Jakarta

6. Varney, Helen, (1997), Varneys Midwifery, Third Edition, UK : Jones & Barlett Publishers Internasional.

7. Wendy Rose-Neil, (2001), Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan, Dian Dian Rakyat, Jakarta

Minggu, 20 Oktober 2013

Teori Jean Ball (Teori Kursi Goyang)

TEORI JEAN BALL


Pengertian Teori Jean Ball

Teori Jean Ball adalah dasar pemikiran menurut penelitian yang bernama Jean Ball, yang konsekuensinya telah diuji dalam beberapa riset dan menunjukkan hasil yang nyata.

Teori ini mengemukakan tentang keseimbangan emosional itu, yang diibaratkan pada kursi “goyang”. Teori ini sering disebut teori kursi goyang karna tingkat emosional seorang ibu harus berada pada titik seimbang (stabil) sehingga mirip dengan kursi goyang dimana beban harus seimbang pada titik tumpu, karena jika tidak kursi akan condong kearah yang memiliki beban yang berat, begitu juga dengan pengendalian emosional seseorang, jika seseorang (wanita) mampu mengendalikan tingkat emosionalnya berarti orang tersebut memiliki tingkat emosional yang rendah dan terkendali atau sebaliknya.


Tujuan Teori Jean Ball

Tujuan asuhan maternis agar seorang wanita mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu, baik fisik maupun psikologis. Psikologis dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional tetapi juga proses emosional agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan untuk menjadi orang tua terpenuhi.


Hipotesa Jean Ball

Menurut Jean Ball respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dukungan yang berarti, mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Ibu sebagai penerus keturunan sekaligus pendidik utama dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam asuhan keluarga yang baik, ketika ia berinteraksi di lingkungan masyarakat maka ia akan terbiasa dengan perilaku yang baik pula.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita yang boleh dikatakan sejahtera setelah melahirkan sangat tergantung pada personality (kepribadiannya), sistem dukungan pribadi dan dukungan yang dipersiapkan pelayanan maternis.


Pembagian Teori Jean Ball

Teori Jean Ball mencakup 3 katagori :

1. Teori perubahan
Perubahan mental ibu sebelum dan sesudah menjadi ibu akan jelas terlihat dalam kehidupan baik itu secara fisik maupun psikologis si ibu. Secara fisik dapat kita lihat pada perubahan bentuk tubuh setelah melahirkan anak. Sedangkan secara psikologis misalnya dalam pematangan mental (pendewasaan sikap) setelah melahirkan (post partum) ibu tidak hanya berfikir untuk anak dan keluarganya.

2. Teori stress, coping dan support
Tingkat emosional sangat mempengaruhi mental ibu, oleh karena itu dukungan atau support dan motifasi dari keluarga terhadap perubahan-perubahan yang timbul terutama perubahan yang bersifat positif, support dari orang-orang terdekat si ibu sangat di perlukan menghindar stress, depresi, post partum dan dampak-dampak negative lainnya.

3. Teori Dasar
Konsep dasar untuk menjadi seorang ibu meliputi berbagai aspek di antaranya:
  • Butuh persiapan jasmani dan rohani
  • Dukungan dari pihak keluarga.

Elemen Pembentukan Teori Kursi Goyang

Teori kursi goyang dibentuk dalam 3 (tiga) elemen yaitu :

1. Pelayanan Maternitas
Bidan berkewajiban memberikan pelatanan kesehatan kepada remaja putri, ibu masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, balita dan wanita monopouse. Dalam memberikan asuhan kebidanan bidan harus mempertanggung jawabkan semua tindakan klinis yang diambil dan harus melaksanakan tanggung jawab tersebut yang meliputi tugas bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti dan lain-lain.

2. Pandangan Masyarakat Terhadap Keluarga
Pandangan masyarakat terhadap suatu keluarga sangat mempengaruhi perkembangan dan tingkat harga diri anggota keluarga tersebut. Jika pandangan masyarakat baik terhadap keluarga maka secara otomatis penerus keluarga juga akan mendapatkan nama baik dalam pandangan masyarakat, selama si anak tidak melanggar norma-norma yang terdapat dalam masyarakat.

3. Sisi Penyanggah / Support Terhadap Kepribadian Wanita
Dukungan terhadap perubahan kepribadian / kebiasaan hidup wanita sangat diperlukan, agar wanita tersebut tidak merasa down terhadap tingkat perubahan diri yang tidak disadarinya.
Kesejahteraan keibuan seseorang wanita sangat bergantung terhadap efektifitas ke 3 elemen tersebut. Jika kursi goyang tidak bisa ditegakkan, maka tidak nyaman untuk diduduki.



Konsep Teori Jean Ball

1. Women / Wanita
Ball memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan emosional, sosial, psikologis wanita dalam proses melahirkan.

2. Healt / Kesehatan
Merupakan pusat dari model Ball. Tujuan dari post natal care agar wanita-wanita mampu menjadi seorang ibu.

3. Environment / Lingkukngan
Lingkungan sosial dan organisasi dalam sistim dukungan dan pelayanan perawatan pos natal.

4. Midwifery / Kebidanan
Penelitian asuhan post natal misalnya kurang efektif, kurang pengetahuan tentang kebidanan.

5. Selft
Peran bidan dalam meyakinkan wanita dalam perannya sebagai seorang ibu.



Sumber : http://themidwifecute.blogspot.com/2012/03/teori-jean-ball.html

Kebutuhan Oksigenasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenisasi?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenisasi?
3. Bagaimana terjadinya proses oksigenisasi beserta?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi?
5. Seperti apa jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru?
6. Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan oksigenisasi
Untuk mengetahui jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru
Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi
1.4 Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan.
Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang kebutuhan aktivitas
Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.
1.5 Metode Penulisan
Metode  yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan kebutuhan oksigenisasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Oksigenasi
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan  tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
Saluran pernapasan bagian atas:
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
b. esophagus.
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menutup.
Saluran pernapasan bagian bawah:
a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.

2.3 Proses Oksigenasi
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.  Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
2. Adanya kondisi jalan napas yang baik
3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan co2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
c. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

2.4 Jenis Pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses  Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran  pernapasan.

2.5 Pemeriksaan Fungsi Paru Dengan Alat Spirometri
Respirasi (Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri, sedang hasil rekamannya disebut dengan spirogram.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead space).
Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal permenit. Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan inspirasi (Inspiratory reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar 3600 ml.
Meskipun paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi sesungguhnya paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu yang mempertahankan paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume residu sekitar 1200 ml.
Berikut cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri :
1. Siapkan alat spirometri
2. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti umur, seks, TB, BB
3. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
4. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum melakukan pemeriksaan.
5. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
6. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar monitor spirometri.
7. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal.
8. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut  mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

2.7 Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1. Gangguan irama pernapasan antara lain:
a) Pernapasan ‘Cheyne-stokes’ yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernapasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan ‘Biot’ yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan ‘Kussmaul’ yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis metabolik dan gagal ginjal.
2. Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi pernapasa normal.
b) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernapasan normal.

b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lain-lain.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3. Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan yaitu:
a) Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk transpor oksigen.
b) Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengankut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah jantung yang rendah.

c. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik.
1. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan karbondioksida.
2. Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendunagn)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagn atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihanatau abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jarinagn kekurangan oksigen.

3. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
4. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).

2.8 Masalah Keperawatan Berkaitan dengan kebutuhan oksigen
a. Tidak efektifnya jalan napas
Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme bronkhus dan lain-lain.
b. Tidak efektifnya pola napas
Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu respirasi dan ekspirasi menunjukan tidak normal. Penyebabnya bisa karena kelemahan neoromuskular, adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan dan lain-lain.
c. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit dan lain-lain.
d. Penurunan perfusi jaringan
Adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipocolemia, hipervolemia, retensi karbondioksida, penurunan cardiac output dan lain-lain
e. Intoleransi aktivitas
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidakseimbangan antara suolai dan kebututhan oksigen, produksi energi yang dihasilkan menurun dan lain-lain.

f. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernapas (sesak napas) menyebakan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.
g. Risiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang. Hal tersebut disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang, gangguan perfusi otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen sehingga berisiko terjasi kerusakan jaringan otak.

2.9 Metode pemenuhan kebutuhan oksigen
1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Cek flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan tabung oksigen
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
8. Catat pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan

2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkhus.
Prosedur:
1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan.
2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada klien.
Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi,
Prosedur:
1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat sputum.
c. Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
a. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
b. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
c. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural drainage
d. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.
Peralatan:
a. Bantal
b. Papan pengatur posisi
c. Tisu wajah
d. Segelas air
e. Sputum pol
Prosedur:
1. cuci tangan
2. pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas area yang di drainage
6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8. Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9. Anjurkan klien minum sedikit air.
10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasikan

3. Napas dalam dan batuk efektif
a. Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal (diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur:
1. Atur posisi yang nyaman
2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi 3 selama inspirasi
5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara perlahan-lahan
b. Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada sputum pot.
3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat menyebabkan fatigue dan hipoksia.

4. Suctioning (pengisapan lendir)
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2. Kateter pengisap lendir
3. Pinset steril
4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5. Kasa steril
6. Kertas tisu
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6. Hidupkan mesin penghisap
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi
13. Cuci tangan

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan  tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
3.2  Saran
Dalam mempelajari materi ini, harusnya mahasiswa dan pembaca dapat mencari berbagai referensi agar isi tidak menyimpang dari materi dan sesuai dengan yang seharusnya pada BPKM.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Sumber : http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-oksigenasi.html

Masalah-masalah yang Sering Terjadi Terkait dengan Kebutuhan Oksigenasi

A. Hipoksia

Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel yang ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis). Penyebabnya adalah penurunan HB, menurunnya difusi O2 dan alveoli kedalam darah, menurunnya perfusi jaringan, gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.\

B. Perubahan pola nafas
  1. Tachypnea yaitu pernafasan yang berfrekuensi lebih dari 24x permenit. Penyebabnya karena paru dalam keadaan atelektasis / emboli.
  2. Brodypneu yaitu pernafasan yang lambat dan kurang dari 10x per menit karena peningkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau sedatif.
  3. Hiperventilasi yaitu cara tubuh dalam mengkompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Penyebabnya adalah infeksi, keseimbangan asam basa, gangguan psikologis.
  4. Kusmaul yaitu pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik
  5. Hipoventilasi yaitu upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukup penggunaan oksigen.
  6. Dispnea yaitu perasaan sesak dan berat saat pernafasan yang disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan, kerja berat dan pengaruh psikis.
  7. Orthopnea yaitu kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
  8. Cheyne stokes yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula naik, turunm berhenti kemudian mulai dari siklus baru.
  9. Pernafsan paradoksial yaitu pernafasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan nrmal, sering ditemukan pada keadaan afelektasis.
  10. Biot yaitu pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes tetapi amplitudonya tidak teratur. Dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial meningkat, trauma kepala dan lain-lain.
  11. Stridor yaitu pernafasan bising karena penyempitan pada saluran pernafasan, terjadi pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.
  • Obstruksi jalan nafas : yaitu kondisi pernafasan abnormal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, imobilisasi oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi statis sekresi, dan batu tidak efektif karena penyakit persyarafan, efek obat sedatif.
  • Pertukaran gas : yaitu kondisi penurunan gas, baik O2 maupun CO2 antara alveoli paru dan sistem vaskular yang disebabkan oleh sekresi yang kental dan penyakit akibat sistem syaraf dll.

Tanda- Tanda Klinis :
  • Dispnea pada usaha nafas
  • Nafas dengan bibis, ekspirasi panjang
  • Agitasi
  • Lelah
  • Meningkatnya tekanan vaskular paru
  • Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya tekanan CO2
  • Sianosis (warna kulit kebiruan)

Sumber : http://azmi-petrok.blogspot.com/p/masalah-masalah-yang-sering-terjadi_24.html